Ramadhan adalah bulan maghfirah (ampunan), bulan dimana pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Ramadhan adalah lahan yang subur bagi orang Mukmin. Wahai pencari kebaikan, sambutlah! Dan Ramadhan merupakan saat kita bertaubat.
Dalam menyambut Ramadhan, manusia terbagi menjadi dua macam, yaitu:
Jenis Pertama : Orang yang merasa senang dengan kehadirannya, karena dia telah membiasakan diri untuk mengerjakan puasa dan menyiapkan dirinya untuk menanggung beban puasa. Maka, dia tidak merasa berat ketika berpuasa. Bahkan ia akan mencela dirinya jika meninggalkannya. Para Salafus shalih sering berpuasa hingga menjadi terbiasa.
Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberikan ganti yang lebih baik darinya. Sebagaimana dalam firman-Nya:
Dalam menyambut Ramadhan, manusia terbagi menjadi dua macam, yaitu:
Jenis Pertama : Orang yang merasa senang dengan kehadirannya, karena dia telah membiasakan diri untuk mengerjakan puasa dan menyiapkan dirinya untuk menanggung beban puasa. Maka, dia tidak merasa berat ketika berpuasa. Bahkan ia akan mencela dirinya jika meninggalkannya. Para Salafus shalih sering berpuasa hingga menjadi terbiasa.
Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberikan ganti yang lebih baik darinya. Sebagaimana dalam firman-Nya:
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
(Kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu” [al-Haqqah/69:24]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hendaknya kalian mengerjakan qiyâmul lail (shalat malam) karena itu merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Ia merupakan bentuk pendekatan diri kepada Rabb kalian, sebagai penghapus kesalahan dan mencegah perbuatan dosa”.
Mereka menyambut Ramadhan dengan banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla dan membaca al-Qur‘ân dengan rutin, melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar, dan memberikan sedekah kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan dan dengan memberikan buka kepada orang yang berpuasa. Karena dengan memberi makan orang yang berpuasa, akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. Mereka menyibukkan diri mereka dengan cara berdzikir dan mengkhatamkan al-Qur‘ân. Sehingga mereka mendapatkan pahala yang sempurna pada akhir bulan, mendapatkan lailatul qadr dan mendapatkan kemenangan dengan pahala dari Allah Azza wa Jalla. Mereka berharap mendapatkan ampunan dari berbagai dosa.
Setelah keluar dari Ramadhan, keadaan mereka seperti ketika dilahirkan dari perut ibu mereka. Mereka mendapatkan pahala pada hari iedul fitri. Mereka menyelesaikan Ramadhan dalam keadaan mendapat ampunan. Dan mereka adalah orang-orang yang berdoa kepada Allah Azza wa Jalla selama berbulan-bulan agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan; karena mereka mengetahui keutamaan bulan itu. Ramadhan merupakan saat-saat kebaikan dan berlomba-lomba dalam mendekatkan diri.
Jenis Kedua: orang-orang yang merasa berat dengan bulan ini. Bagi mereka, Ramadhan itu menyusahkan.Mereka selalu menghitung jam, hari dan malamnya. Mereka menunggu kepergiannya tanpa kesabaran.Mereka merasa berat dengan Ramadhan karena mereka pemuja dunia dan kehinaan. Perhatian mereka hanya terkait dengan perut saja. Mereka membenci semua amalan yang menghalangi tuntutan perut mereka. Mereka adalah orang yang meremehkan ketaatan, tidak membiasakan dan tidak pula menyukainya.
Yang kita saksikan sekarang adalah banyak orang-orang semacam ini. Apabila Ramadhan telah datang, mereka mulai menyiapkan diri dengan berbagai makanan dan minuman. Menghabiskan malam untuk mengobrol, mengerjakan perbuatan dan permainan serta mengucapkan perkataan yang haram. Barang kali dosa mereka ketika bulan Ramadhan lebih banyak daripada di luar Ramadhan. Malaikat Jibril mendoakan mereka agar dijauhkan dari rahmat Allahk, karena mereka tidak peduli dengan sebab-sebab ampunan yang banyak terdapat di bulan Ramadhan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengaminkan doa Jibril. Ini adalah doa yang pasti dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Di antara bentuk rahmat Allah Azza wa Jalla kepada para hamba-Nya adalah bahwa ibadah-ibadah itu bertujuan untuk memperbaiki seorang hamba, membuka pintu-pintu kebaikan, menutup pintu-pintu neraka baginya. Barang siapa yang tidak memperbaiki amalannya, maka amalannya terdapat kekurangan atau mungkin tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Berapa banyak orang yang berpuasa yang hanya mendapatkan rasa haus dan dahaga dalam puasanya, dan berapa banyak orang yang mengerjakan qiyâmul lail hanya mendapatkan bergadang dan rasa lelah saja dalam bangunnya”
Adakah kita melihat kondisi kita ketika menyambut Ramadhan membuat bahagia dan menggugah untuk ditiru? Berlomba-lomba pada bulan itu dengan berbagai amal shalih? Memenuhi seruan, ‘wahai pencari kebaikan kemarilah’ dan ‘wahai pencari keburukan berhentilah? Apakah mereka menyambutnya dengan memperbanyak membaca al-Qur`ân, berdzikir, shadaqah, shalat dan amalan yang menguntungkan? Mudah-mudahan saja seperti itu.
Perlu diingat bahwa Ramadhan adalah peluang besar untuk membaca al-Qur‘ân, dzikir, saling menasehati, shalat malam dan istighfar. Ramadhan itu juga kesempatan bagi jiwa untuk bersungguh-sungguh dalam mengekang hawa nafsu, mengenalkan jiwa kepada kewajibannya; menampakkan hakekatnya serta menghantarkannya kepada Rabbnya, menjaganya dari syahwat dan membentenginya dari musuh serta berusaha mensucikan jiwa. Ramadhan juga bulan derma bagi pemilik harta untuk memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan, menghilangkan beban orang yang terhimpit, bersikap dermawan kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan. Barangsiapa menyambut Ramadhan dengan mencari pahala Allah Azza wa Jalla, maka dia akan beruntung.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hendaknya kalian mengerjakan qiyâmul lail (shalat malam) karena itu merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Ia merupakan bentuk pendekatan diri kepada Rabb kalian, sebagai penghapus kesalahan dan mencegah perbuatan dosa”.
Mereka menyambut Ramadhan dengan banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla dan membaca al-Qur‘ân dengan rutin, melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar, dan memberikan sedekah kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan dan dengan memberikan buka kepada orang yang berpuasa. Karena dengan memberi makan orang yang berpuasa, akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. Mereka menyibukkan diri mereka dengan cara berdzikir dan mengkhatamkan al-Qur‘ân. Sehingga mereka mendapatkan pahala yang sempurna pada akhir bulan, mendapatkan lailatul qadr dan mendapatkan kemenangan dengan pahala dari Allah Azza wa Jalla. Mereka berharap mendapatkan ampunan dari berbagai dosa.
Setelah keluar dari Ramadhan, keadaan mereka seperti ketika dilahirkan dari perut ibu mereka. Mereka mendapatkan pahala pada hari iedul fitri. Mereka menyelesaikan Ramadhan dalam keadaan mendapat ampunan. Dan mereka adalah orang-orang yang berdoa kepada Allah Azza wa Jalla selama berbulan-bulan agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan; karena mereka mengetahui keutamaan bulan itu. Ramadhan merupakan saat-saat kebaikan dan berlomba-lomba dalam mendekatkan diri.
Jenis Kedua: orang-orang yang merasa berat dengan bulan ini. Bagi mereka, Ramadhan itu menyusahkan.Mereka selalu menghitung jam, hari dan malamnya. Mereka menunggu kepergiannya tanpa kesabaran.Mereka merasa berat dengan Ramadhan karena mereka pemuja dunia dan kehinaan. Perhatian mereka hanya terkait dengan perut saja. Mereka membenci semua amalan yang menghalangi tuntutan perut mereka. Mereka adalah orang yang meremehkan ketaatan, tidak membiasakan dan tidak pula menyukainya.
Yang kita saksikan sekarang adalah banyak orang-orang semacam ini. Apabila Ramadhan telah datang, mereka mulai menyiapkan diri dengan berbagai makanan dan minuman. Menghabiskan malam untuk mengobrol, mengerjakan perbuatan dan permainan serta mengucapkan perkataan yang haram. Barang kali dosa mereka ketika bulan Ramadhan lebih banyak daripada di luar Ramadhan. Malaikat Jibril mendoakan mereka agar dijauhkan dari rahmat Allahk, karena mereka tidak peduli dengan sebab-sebab ampunan yang banyak terdapat di bulan Ramadhan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengaminkan doa Jibril. Ini adalah doa yang pasti dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Di antara bentuk rahmat Allah Azza wa Jalla kepada para hamba-Nya adalah bahwa ibadah-ibadah itu bertujuan untuk memperbaiki seorang hamba, membuka pintu-pintu kebaikan, menutup pintu-pintu neraka baginya. Barang siapa yang tidak memperbaiki amalannya, maka amalannya terdapat kekurangan atau mungkin tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Berapa banyak orang yang berpuasa yang hanya mendapatkan rasa haus dan dahaga dalam puasanya, dan berapa banyak orang yang mengerjakan qiyâmul lail hanya mendapatkan bergadang dan rasa lelah saja dalam bangunnya”
Adakah kita melihat kondisi kita ketika menyambut Ramadhan membuat bahagia dan menggugah untuk ditiru? Berlomba-lomba pada bulan itu dengan berbagai amal shalih? Memenuhi seruan, ‘wahai pencari kebaikan kemarilah’ dan ‘wahai pencari keburukan berhentilah? Apakah mereka menyambutnya dengan memperbanyak membaca al-Qur`ân, berdzikir, shadaqah, shalat dan amalan yang menguntungkan? Mudah-mudahan saja seperti itu.
Perlu diingat bahwa Ramadhan adalah peluang besar untuk membaca al-Qur‘ân, dzikir, saling menasehati, shalat malam dan istighfar. Ramadhan itu juga kesempatan bagi jiwa untuk bersungguh-sungguh dalam mengekang hawa nafsu, mengenalkan jiwa kepada kewajibannya; menampakkan hakekatnya serta menghantarkannya kepada Rabbnya, menjaganya dari syahwat dan membentenginya dari musuh serta berusaha mensucikan jiwa. Ramadhan juga bulan derma bagi pemilik harta untuk memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan, menghilangkan beban orang yang terhimpit, bersikap dermawan kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan. Barangsiapa menyambut Ramadhan dengan mencari pahala Allah Azza wa Jalla, maka dia akan beruntung.