Sobat Risalah ,, Sering kali
kita merasakan waktu seakan berlalu begitu cepat. Hari-hari yang kita lalui hanya
sebuah memory, dimana dirimu saat ini adalah seperti baru saja terbangun dari mimpi.
Waktu yang telah berlalu tak mungkin akan kembali, waktu yang dulu bukanlah
waktu yang sekarang, begitu pun hari esok akan berbeda dengan hari ini. Waktu yang
berjalan terasa cepat adalah tanda sebuah akhir zaman.
Orang Barat mengatakan: Time
is money “Waktu adalah uang”. Orang Arab mengatakan: Al-waqtu kas saifi
“Waktu ibarat pedang”. Namun yang jelas, waktu adalah kehidupan, karena hidup
kita tidak lain adalah waktu yang kita miliki semenjak kita terlahir sampai
kita dijemput kematian. Jika kita menyia-nyiakan waktu kita, berarti kita
menyia-nyiakan hidup kita sendiri.
Dalam sebuah hadits shahih yang
diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW berpesan kepada
kita: “Manfaatkanlah masa mudamu sebelum
masa tuamu”.
Masa muda penuh dengan potensi
dan kekuatan, semangat yang menggebu. Tubuh yang kuat, pikiran dan ingatan pun
terasa begitu tajam. Sayangnya banyak yang tidak memanfaatkan masa itu, tidak
sedikit pula yang lalai dan tak kuat menahan godaan gemerlap duniawi yang
menyesatkan, sehingga tidak heran ketika mereka sangat menyesal di usia tuanya.
Dalam kitab At-Taisir Bi Syarh
Al-Jami’ Ash Shoghir (1/356) Al Munawir pernah berkata: “(manfaatkanlah masa
mudamu sebelum masa tuamu) ini barulah seseorang betul-betul mengetahui
nilainya setelah hal tersebut hilang”. Benar yang dikatakan Munawir,
seseorang baru ingat dan sadar memiliki waktu semangat untuk beramal dimasa
muda setelah dia berada di usia senja.
Sobat Risalah ,, Sangat
disayangkan jika masa muda kita terbuang hanya untuk mendapatkan kesenangan
sesaat dan menggunakan waktu yang tak bermanfaat. Tidak sedikit orang menyesal
akibat masa mudanya digunakan untuk mengumbar kesenangan, jalan-jalan
kesana-kemari dengan bergonta-ganti pasangan, nongkrong-nongkrong dipinggir
jalan dengan bersanding botol minuman. Subhanallah ...
Semestinya generasi muda muslim
bisa mencontoh generasi muda para pendahulu kita, seperti Ali bin Abi Thalib,
Mush’ab bin Umair, Usamah bin Zaid, Muhammad Al-Fatih, dan lainnya. Bukan malah
menggandrungi dan mencontoh idola-idola yang justru menjerumuskan, seperti
artis, bintang film, dan sebagainya.
Ingatlah bahwa diantara tujuh
golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat adalah:
...وَشَابٌّ نَشَأَ فِي
عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ...
“Seorang
pemuda yang tumbuh besar dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah dan lelaki yang
hatinya terpaut dengan masjid” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
ra).